nusakini.com--Sekjen Kementerian Agama Nur Syam mengingatkan jajarannya agar segera melakukan perencanaan program dengan berbasis data akurat. Dengan begitu, diharapkan bisa diketahui mana program prioritas dan bukan prioritas. 

“Perencanaan harus berbasis data. Bagaimana kita akan mengetahui sebuah program atau kegiatan sebagai prioritas atau bukan, jika tidak didukung oleh data yang kuat,” tegas Nur Syam saat memberikan sambutan pada acara “Penghematan dan Pemotongan Anggaran Kementerian Agama Tahun Anggaran 2016, di Jakarta, Senin (23/05). Acara yang diinisiasi Biro Perencanaan Kemenag ini dihadiri segenap jajaran pejabat perencanaan pusat dan daerah.  

“Kalau kita ingin meningkatkan jumlah anggaran kita, maka yang diperlukan adalah dukungan data apa yang diperlukan. Bagi saya, ada korelasi yang signifikan antara ketersediaan data dengan perencanaan yang baik,” tegasnya lagi.  

Menurut Nur Syam, penentuan skala prioritas program penting seiring dengan adanya kebijakan penghematan anggaran yang dikeluarkan oleh Pemerintah. Besaran penghematan untuk seluruh Kementerian dan Lembaga Negara (K/L) bahkan mencapai Rp50,6 Trilyun. Dari jumlah itu, Kemenag mendapat potongan anggaran sebesar Rp1,339 Triliun. Pemotongan ini dikenakan kepada seluruh Unit Eselon I Kemenag secara proporsional.  

“Fungsi pendidikan dipangkas sebanyak Rp1,392 Trilyun. Sedangkan fungsi agama dipotong sebesar Rp6,731 miliar,” terang Nur Syam. Anggaran yang dipotong adalah biaya perjalanan dinas, rapat, meeting, konsinyering, workshop, pembangunan gedung perkantoran, langganan daya dan jasa, pengadaan mobil dinas honorarium tim/kegiatan dan lainnya. Nur Syam memastikan kalau gaji pegawai, tunjangan kinerja, dan kegiatan prioritas RKP (Tunjangan Profesi Guru, BOS, Kartu Indonesia Pintar, beasiswa lanjutan, Bidik Misi dan sebagainya) tidak mengalami pemotongan. 

Selain basis data yang akurat, perencanaan menurut Nur Syam akan lebih efektif jika koordinasi antar pusat daerah dan antar unit Eselon I dibangun berbasis elektronik yang canggih. Dalam konteks penghematan misalnya, hal itu tidak bisa dilakukan tanpa melakukan koordinasi yang tertata dengan dengan dengan seluruh unit terkait.  

“E-planning sangat diperlukan di era sekarang, apalagi kita menghadapi jumlah satker yang sangat banyak. Dengan jumlah satker 4484 buah, maka akan terjadi tingkat kesulitan yang luar biasa untuk melakukan koordinasi secara konvensional,” katanya.  

Hal lainnya yang penting dilakukan adalah memastikan adanya keterkaitan antara perencanaan program, kegiatan, dan anggaran. Perencanaan harus dirumuskan dengan menggunakan pertimbangan yang matang, sehingga memperkecil peluang adanya revisi di tengah perjalanan. Perencanaan yang matang menurut Nur Syam juga akan mempermudah penentuan skala prioritas program. 

“Jika perencanaan kita sudah kuat, maka keakuratan prediksi akan sangat baik. Ke depan, kita harus memiliki basis data yang valid, memiliki SDM yang kuat dan juga kebutuhan urgen yang diperlukan,” tandasnya. (p/ab)